Rumah tua saya berada di daerah persawahan, keluarga kami sangatlah miskin, kami tinggal di sebuah rumah gubuk. Ayah ibu bekerja sebagai petani, begitu susah payah berjuang namun tidak pernah menghasilkan uang banyak. Kami ada 3 bersaudara, semuanya perempuan. Kakak kedua pergi ke luar kora untuk bekerja sedangkan kakak pertama telah menikah dan saya sendiri adalah siswa SMA. Sampai saat ini uang yang dihasilkan ayah ibu dan kiriman dari kakak kedua dipakai untuk membangun rumah tua kami ini agar menjadi lebih bagus lagi.
Ayah ibu memutuskan untuk melakukan renovasi rumah pada liburan musim panas dengan pertimbangan saya juga libur sekolah sehingga dapat membantu-bantu ayah ibu saat merenovasi rumah. Saat musim panas tiba, kami mulai meruntuhkan bangunan rumah tua kami, ayah ibu sementara tinggal di rumah tetangga sedangkan saya tidak punya tempat untuk tinggal. Saat itu saya memutuskan untuk membawa tas saya dan pergi tinggal di rumah kakak pertama.
Walaupun keadaan keuangan kakak pertama juga tidak berlebihan, namun rumahnya adalah rumah baru, setidaknya ada kamar untuk saya bisa istirahat dan tinggal sementara.
Saat musim panas, cuaca begitu panas menyengat sehingga saya memiliki kebiasaan harus mandi sebelum tidur. Namun di rumah kakak tidak ada kamar mandi sendiri, mereka menggunakan kamar mandi umum untuk mandi. Saya sangat tidak terbiasa dengan keadaan itu. Namun, jika tidak mandi, badan saya akan gatal-gatal dan akan bau keringat bahkan saya tidak bisa tertidur jika tidak mandi. Tapi jika saya mandi, saya takut ditengah-tengah sedang mandi, ada orang yang tiba-tiba masuk.
Jadi saya selalu menunggu sampai kakak dan abg ipar saya tidur, saya baru pergi mandi. Biasanya itu sudah jam 12 malam.
Kemarin malam, saya tertidur sebelum mandi. Jadi begitu bangun di pagi hari, saya langsung pergi mandi. Namun di tengah saya mandi, saya mendengar ada suara langkah kaki menuju kamar mandi. Saya begitu terkejut dan ketakutan saat itu.
Tiba-tiba suara langkah kaki itu terhenti. Namun saya masih saja ketakutan, saya merasa ada orang yang mengintip saya saat itu, sekujur tubuh saya gemetaran. Langsung saya membungkus tubuh saya dengan handuk dan berlari ke kamar saya. Padahal saya belum selesai mandi, masih ada sabun yang belum bersih dibilas masih menempel di tubuh saya.
Mulai sejak malam itu, saya begitu sensitif dengan suara-suara yang ada. Di malam yang begitu sunyi senyap, sedikit suara saja bisa membangunkanku. Sama seperti malam itu, saya tidak sengaja mendengar percakapan kakak dan abg ipar di balik dinding kamar.
Kakak dengan nada marah berkata, “Tadi aku kan sudah bilang, LiLi sedang mandi, kenapa kamu masih aja pergi ke kamar mandi?”
Abg ipar dengan nada nyantai menjawab, “Aku mau buang air kecil, kebelet! Apa harus tunggu sampai ngompol dulu baru pergi ke kamar mandi? Lagipula, saya juga tidak tau dia ada di kamar mandi yang mana.”
Kakak menjawab, “Kamu nih gila ya?”
Abg ipar menjawab, “Kamu yang gila! Aku kan emank gak sengaja melihat dia!”
Saat pagi hari, saya berkemas dan pamit dengan kakak saya. Saya mengatakan bahwa saya ingin pulang ke rumah membantu ayah ibu. Kakak sempat menahan saya, namun saya tidak membahas masalah saya diintip saat sedang mandi itu. Kakak sangat menyayangkan kepergian saya karena ia merasa kurang memperhatikan saya saat sedang tinggal di rumahnya dan berharap kalau saya bisa tinggal lebih lama lagi.
Kakak masih berkata, pulang ke rumah pastinya saya tidak punya tempat tinggal. Saya meyakinkan kakak bahwa ada teman sekolah yang mengajak saya belajar bersama, mungkin saya bisa tinggal di rumahnya. Mendengar penjelasan saya, akhirnya kakak pun tidak menahan saya lagi. Sekarang saat melihat abg ipar, saya merasa sangat kaku, tidak tau harus bersikap bagaimana.
Setelah sampai di rumah lama, saya pun membantu ayah ibu merenovasi rumah kami dan hanya dalam waktu beberapa bulan, rumah kami pun selesai direnovasi dan saya pun tinggal bareng lagi bersama ayah dan ibu.
…………………………………..
Seorang Jutawan beli Seekor “Haiwan Misteri” Daripada Petani ,, Selepas Mengetahui Keistimewaan Haiwan Ini , Dia Sangat Menyesal Kerana Sudah Menjualnya
Ada seorang petani di ladangnya sendiri saat sedang bercocok tanaman menangkap seekor hewan misterius, tubuhnya seperti ular, bentuk dari hewan ini mirip dengan versi mininya “naga”. Setelah menemukan naga kecil ini, ia membawanya pulang ke rumah untuk dirawat.
Petani itu benar-benar heran, ia tidak tahu hewan apakah yang ditangkapnya itu ! Setelah kabar ini beredar, baik dari desa maupun di luar desa pun sudah banyak orang yang tahu hal ini, bagi mereka yang ingin melihat hewan ini, mereka rela berbondong-bondong ke rumah petani itu untuk melihat hewan yang unik ini ! Setelah orang-orang yang melihat hewan ini pasti akan beranggapan mirip dengan seekor naga, namun siapa sangka di zaman sekarang masih hidup seekor naga?
Lalu ada seorang saudagar kaya dari kota yang mendapati kabar ini, langsung datang untuk melihat hewan ini. Setelah ia melihat-lihat, ia mematok petani ini dengan harga tinggi sebesar 100 ribu Yuan (sekitar 1M) untuk membelinya. 100.000 Yuan untuk orang kaya hanya hal sepele, tapi bagi petani miskin, ini adalah jumlah uang yang sangat besar, dengan uang yang berlimpah ini ia bisa membangun rumah! Jadi petani ini dengan mudah “setuju” menjual hewan ini !
Namun, setelah petani ini menjual “naga” ini dengan harga yang tinggi, di dalam hatinya ia merasa tidak terlalu senang, meskipun mendapatkan rejeki nomplok, tapi seharusnya hewan misterius nan ajaib ini tidak dijual, ini sama seperti melakukan perbuatan dosa saja ! !
Setelah dilakukan penelitian, dari lab mendapatkan hasil bahwa hewan ini adalah: Chinese Skink, hewan ini tergolong dalam jenis kadal, hewan ini tinggal di habitat dataran rendah, baik juga itu sawah, atau kira-kira 1000 meter di bawah pegunungan dan biasanya bersembunyi di rumput-rumput. Hewan ini sering berkeliaran di bawah pepohonan dan di antara timbunan dedaunan pada samping-samping jalan. Di wilayah selatan sangat banyak terdapat hewan ini, loh!
Jika saudagar itu mengetahui fakta ini, ia pasti akan sangat kecewa hingga menangis!
Sumber Nukilan Cerita Kita
0 Comments