Di kota DaYun, terdapat Desa ShiJing yang terletak di pinggiran perbatasan kota, tetangga desa sebelah tanahnya telah digunakan untuk perencanaan perancangan kota baru. Karena Desa ShiJing ini dihalangi oleh sebuah sungai, pembangunan desa ini menjadi sedikit terlambat dibandingkan yang lainnya.
Kepala desa mengatakan bahwa pembangunan akan segera dilakukan, tetap ibelum ada kepastian menunggu sampai kapan, kepala desa berpesan meminta semua orang untuk bersabar dan memberitahukan kepada penduduk lainnya. Warga Desa ShiJing berharap agar pemerintah segera melakukan pembebasan lahan, selain juga mendapat banyak uang dari kompensasi lahan, terus juga dapat lebih awal memulai kehidupan di kota.
Li Qiang, yang tinggal di desa sebelah bagian timur adalah seorang aktivis, sekaligus ia juga bukan seorang anak yang berbakti. Ia telah tinggal bersama orang tuanya sejak ia mulai hidup berumah-tangga dua puluh tahun yang silam. Ditambah menantunya yang banyak tingkah, tidak menghormati mertua mereka, lalu selalu mengatakan bahwa selera makanan mereka tidak bagus, Li Qiang sangat takut terhadap istrinya, ia hanya bisa ikut-ikutan melihat orang tua mereka dengan sebelah mata.
Kemudian, ayah Li Qiang meninggal, sekarang tinggal ibu mertua , bernama Ibu Liu, menantunya itu selalu mencari kesalahan dalam setiap kesempatan, seperti mengatakan gerakan ibu mertuanya itu lamban, lalu disaat mertuanya melakukan sesuatu pasti malas-malasan, terus menghina satu-satunya keluarga yang tersisa Liu Qiang tersebut adalah seorang idiot.
Pada suatu hari ia memanggil Li Qiang datang, ia mengatakan dirinya sudah tidak sanggup menjaga orang tuanya itu, segera bawa ibunya itu ke rumah kakaknya Li Qiang untuk menetap disana, lalu meminta kepada kakak Li Qiang untuk mengeluarkan setengah biaya merawat ibunya. Pada intinya menyuruh Li Qiang mengantar mertuanya itu ke rumah kakaknya, jika memungkinkan jangan kembali lagi. Kakak Li Qiang tentu saja tidak mau menyepakati hal ini.
Seterusnya, sang istri sungguh-sungguh sangat berniat menyingkirkan mertuanya itu dari rumah, dengan tidak diberikan makan, tidak diberikan pakai, akhirnya mertuanya itu diusir keluar rumah, dibiarkannya berkelana sendiri di desa. Ketika kepala desa tahu kejadian ini, segera ia menjumpai Li Qiang dan istri-istri untuk mendiskusikan bahwa tindakan mereka adalah sebuah kejahatan.
Lalu istrinya tersebut terpaksa membawa Ibu Liu pulang kembali ke rumah. Tetapi saat-saat indah itu tidak bertahan lama, ibu mertuanya itu lagi-lagi diusir keluar, tingkahnya ini memaksa kepala desa mesti melakukan pekerjaan yang sama, setelah mendiskusikan masalah ini, menantunya yang keji itu menerimanya kembali lagi. Kejadian ini berulang-ulang terus sebanyak tiga kali. Pada akhirnya, kepala desa hanya dapat menggelengkan kepalanya.
Perayaan tahun Baru sudah dekat, setiap rumah tangga di desa itu sudah mempersiapkan perlengkapan untuk Tahun Baru, anak-anak juga mengenakan baju baru. Semua orang menyambut Tahun Baru dengan gembira, langit-langit mulai bertebaran salju, desa ShiJing diselimuti seperti lapisan perak.
Tahun baru ini, ibu Liu entah mengapa tidak ikut merasakan kebahagiaan, meski di desa tersebut ada anak-anak yang menyalakan petasan, tetapi sama saja dirinya tidak dapat mengenang masa-masa indah yang pernah dilaluinya, memori-memori ini sudah lama sekali, dan di tahun baru sekarang ini membuatnya sangat merindukan masa-masa yang lalu nan indah itu.
Benar saja, di malam hari, saat semuanya sedang duduk makan malam di meja untuk meyambut tahun baru, ibunya yang telah jatuh sakit, memaksa untuk bangun dari tempat mengambil makanan, alhasil, ibunya itu tanpa sengaja memecahkan satu buah mangkuk, melihat kejadian tesebut seketika mertuanya yang keji itu membanting sumpitnya, dan langsung marah. Dia sekali lagi mengusir ibunya keluar rumah, tidak membiarkannya masuk ke rumah untuk makan.
Di luar, salju yang turun semakin lama semakin mengepul banyak, lalu langit pun mulai malam semakin gelap, jalan desa hampir tidak ada pejalan kaki lagi, hanya tersisa lampu rumah-rumah disekitar desa yang menyala, di dalam rumah menikmati makan makan malam yang hangat bersama keluarga masing-masing. Namun hal ini tidak berlaku bagi Ibu Liu.
Penglihatan Ibu Liu tidak baik, dia berbaring di bawah atap teras rumah mereka, serpihan salju yang terus turun pun sudah menutup penuh di tubuhnya. Dia terpaksa meringkuk di sudut ruangan, merasakan tubuhnya semakin terasa dingin, penglihatannya juga terus muncul ilusi-ilusi bayangan, dan bahkan dirinya merasa suaminya akan segera datang menjemputnya.
Pada saat itu, dari ketebalan hujan salju tembus dua kolom sinar cahaya, kiri dan kanan sisi jalan ikut bergetar, pada jalan utama desa dilewati sebuah mobil mewah hitam. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah ibu Liu, dari mobil itu turun dua orang setengah baya yang lengkap dengan setelan baju jas. Karena tubuh ibu Liu sebagian besar telah tertutup oleh salju putih dan ditambah rambutnya yang sudah abu-abu, mereka tidak melihat keberadaan ibu Liu disana, mereka terus menunjuk kesana kemari meninjau lokasi di desa ini.
Mereka meninjau keseluruhan desa baik dari sisi Timur atau ke bagian Barat desa, dan mendapatkan di samping lokasi desa ini terdapat sebuah sungai, mereka sangat puas dengan perkampungan ini.
Di tengah malam hari itu, seorang bos yang gagah itu berkata kepada temannya : “Saudara Chen, saya mengundang Anda hari ini kesini untuk melihat tanah di desa ini, kami ingin membangun sebuah pabrik besar pengolahan makanan disini, yang mengkhususkan diri dalam produksi makanan ekspor, penerapan proses produksi perusahaan ini akan dikombinasi dengan hasil para petani disini. Saya ingin memakai semua tanah di desa ShiJing ini.
Saudara Chen berkata: “Pak Tian, Anda tenang saja, tim desain kami tidak akan mengecewakan Anda, saya akan memberitahukan mereka sesegera mungkin untuk memberi Anda desain yang terperinci, sekali lagi saya jamin hasilnya akan membuat Anda puas.”
Pada saat itu juga, rumah milik ibu Liu pintunya tiba-tiba terbuka, dan keluarlah Li Qiang dan istrinya. Sesaat mereka mendengar suara yang ada di luar mengenai soal kepemilikan tanah, perencanaan, serta pembangunan bangunan di tanah ini yang akan datang. Mereka segera keluar membuka pintu untuk mendengar lebih jelas apa yang terjadi di luar.
Ketika mereka mendengar bahwa tanah desa ShiJing akan segera dikembangkan, terutama Li Qiang yang tidak dapat menahan kegembiraan di dalam hatinya, sambil mengenggam tangan Pak Tian itu berkata: “Bagus sekali, kedatangan kalian sangatlah tepat, kami sudah menanti bintang-bintang, menanti bulan dan akhirnya kalian mendatangi kami.” Dengan kedatangan kalian kesini membuka usaha, kita semua bisa pindah hidup ke kota sekarang. Seluruh penduduk di Desa ini sangat berterima kasih kepada Anda.
Kepala pengembang itu tersenyum berkata : “Di keluarga kalian ada berapa orang? Nantinya setelah pabrik produksi kami selesai dibangun, kami membutuhkan banyak pekerja di pabrik kamu, dan Anda bisa pergi ke pabrik saya untuk bekerja, dijamin upah Anda tidak akan diperlakukan dengan buruk alias adil,” katanya.
Li Qiang dan istrinya mengangguk-angguk dengan senang hati menerima kesempatan itu.
Kepala pengembang, Pak Tian, itu menambah: “Tanah yang masuk dalam perencanaan pengembangan, termasuk tanah rumah Anda, pasti ada kompensasi untuk tanahnya, diganti dari rumah, pohon-pohon dan buah-buahannya, ternak, alat pertanian sekalipun tidak akan diabaikan, dan setiap orang akan mendapatkan uang jaminan hidup sebesar 300.000 Yuan. Setelah dihitung-hitung saya memperkirakan dari berapa banyak properti dan jumlah orang di keluarga Anda, pasti kompensasinya sudah sangat cukup.”
“Apa, biaya jaminan hidup per orang sampai 300.000 Yuan?”, mata Li Qiang dan istrinya terbuka lebar, mereka tidak pernah membayangkan biaya kompensasi dari pengembangan ini amat begitu tinggi. Li mencoba menghitung jumlah keluarga mereka sendiri, ditambah ibunya, mereka berdua sepasang suami-istri, dan dengan dua anak, total nya ada lima orang, satu biaya rumah bisa mendapatkan 1,5 juta Yuan. Sepatuh-patuh dirinya, ia belum pernah melihat uang yang begitu banyak.
Li Qiang tidak mau banyak berpikir lagi. Dia baru sadar melihat ke sudut rumah ada ibunya yang sedang terbaring, dengan sigap ia maju dua langkah dengan tubuhnya menutupi pandangan ke arah ibunya, karena ia takut dua pebisnis itu melihat ibunya terlantar disana. Setelah kepala pengembang dan Saudara Chen selesai menjelaskan semua perihal, akhirnya mereka memutuskan pergi dari tempat itu.
Li Qiang dan istrinya segera menggendong masuk ibunya ke dalam rumah, mereka berpikir, dengan “apa” yang bisa melalui hidup sulit ini, tanpa “uang”lah yang tidak bisa melalui hidup sulit ini, tidak disangka wanita tua inipun berharga sekitar 300.000 Yuan. Mereka tidak akan membiarkan wanita tua itu jatuh sakit, ataupun meninggal, dan demi 300.000 Yuan itu akhirnya mereka membuatkan ibuya sup tiap hari. Ini jika disamakan dengan kerja paruh waktu pun susah untuk tercapai.
Sejak saat itu, Li Qiang dan istrinya yang keji menyajikan makan yang lezat dan pakaian layak untuk melayani ibunya, dengan sepenuh hati, tidak membiarkan sedikit pun tergores. Istrinya juga berubah total, sama sekali tidak lagi mengkritik ibunya, selalu tersenyum kepada ibu mertuanya. Kehidupan mereka akhirnya menjalani hidup berkeluarga yang sangat bahagia saat itu.
Setahun kemudian, Pak Tian dan Saudara Lao belum juga muncul di desa. Dua tahun telah berlalu, tanah di desa pun sama sekali tidak ada yang memulai pekerjaan. Tiga tahun kemudian, desa ShiJing ini masih desa seperti yang dulu, masyarakat masih bersusah payah bekerja di ladang.
Tahun demi tahun sudah dilalui, Li Qiang dan istrinya sudah habis kesabaran menunggu pengembangan ini dimulai. Mereka bertanya kepada kepala desa, namun kepala desa selalu mengatakan : “Segera datang kok segera…”, baik hujan yang disertai guntur pun, hal ini tidak pernah terjadi. Bayangan mereka bagaikan perak asli, lama-lama sudah mencair berubah menjadi air. Mereka masih tetap memegang titik terakhir harapan mereka agar lahannya segera cepat dibebaskan.
Sampai kematian ibu Liu, tanah di desa itu tidak ada yang memulai pekerjaan. Namun, pada akhirnya ibu Liu telah menghabiskan sebagian besar waktu yang paling membahagiakan dalam sisa-sisa terakhir hidupnya.
Setelah Ibu Liu dikremasi pada malam itu, ada salah satu penduduk desa disana mengatakan bahwa : “Kepala desalah yang mengundang dua aktor, mengalunkan sebuah drama, yang mempromosikan harmoni dan yang berakhir dengan reuni keluarga Li Qiang, naskahnya telah diatur oleh kepala desa.” Beberapa orang bertanya kepada kepala desa, namun kepala desa hanya bisa tertawa dan berkata : ” Tidak peduli, apakah pasangan Li Qiang pura-pura semata mengubah kebaikan mereka sendiri, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya. Sejak saat itu, tidak ada satupun masyarakat di desa itu membahas soal pembebasan lahan lagi.
Sumber : Pixpo
Di kemaskini dan Di olah Oleh : Kisah Benar Media Network
from Kaki Trending http://ift.tt/2yDvXXn
0 Comments